Jumat, 28 Januari 2011

Gw sendiri pernah merasakan penyesalan seubun-ubun. Sedih minta ampun. Mulut berbusa kaya nelen aer sabun.

Ngga ada yang perlu disesalin. Seburuk apapun itu, ngga ada yang perlu disesalin. Setelah apa yang gw alami dalam hidup gw, gw berani mengatakan ini. Emang, gw masih ijo, gw baru menjalani sepertiga dari umur hidup normal orang indoesia. Dan ini sekedar opini – jika bukan nilai dan pelajaran – yang gw yakini.

Kita, manusia, emang selalu bikin kesalahan dalam hidup. Dan masa lalu juga ngga pernah bisa ditampik. Gimanapun juga, masa lalu dan kesalahan adalah bagian dari hidup kita. Kalo kita menganggap hidup kita berarti, maka masa lalu, sekelam apapun itu, juga merupakan sebuah bagian yang berarti. Sepait apapun, itulah bagian dari buku harian kita.

Penyesalan sendiri juga ngga akan pernah bisa dihindarin. Ngga ada orang yang ngga nyesel waktu dia sadar dia telah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Ngga ada orang yang ngga nyesel waktu dia sadar dia telah mengecewakan dalam hidupnya. Kecuali orang yang bener-bener bebel dan hatinya udah ngebatu sebelum dikutuk. Malin kundang aja sempet nyesel sebelum jadi batu. Udah jadi batu aja masih sujud. (iyalah, kalo udah jadi batu masi begerak-gerak mah warga setempat bakal pada patungan manggil dukun) The point is, penyesalan bakal tetep ada dan itu emang nature dari manusia. Dan sebuah fakta, kalo penyesalan selalu datang diakhir dan terlambat. Dua hal ini ngga akan pernah dirubah. Ngga akan.

Sebenernya ngga ada yang salah dengan penyesalan. Indeed, penyesalan biasanya memotivasi kita untuk bisa lebih baik lagi di masa depan atau paling ngga itu bisa menjadi sebuah indikator kalo kita sadar sama kesalahan atau situasi dalam hidup kita. Penyesalan kita juga bisa jadi pelajaran buat orang lain biar ngga ngelakuin apapun itu yang kita sesali. Walau in some cases, bisa juga jadi pelajaran buat orang lain justru melakukan si “apapun itu”. Let’s say seorang cowo A yang menyesal karna kawin sama lesbian B, bisa mengajari lesbian C untuk mulai pdkt sama si B. Atau kisah si cewek D yang diperkosa setelah dihipnotis sama E, bisa mengisnpirasi F yang udah kebelet ejakulasi buat belajar hipnotis untuk memenuhi kebutuhannya. Seperti E.

Yang jadi masalah adalah : seringkali kita menjadi irasional, ngga sehat, terhanyut, dan melemah dalam penyesalan. Ini terbukti. Bahkan tokoh besar pun seperti ini. Contoh: colin brandy – mantan defender Blackburn, wyatt earp – koboi legendaris, huo yuenjia – pahlawan cina.

Penyesalan normalnya membuat kita kesal dengan apa yang terjadi, tapi kita ngga bisa berbuat apa-apa lagi, karna semuanya emang udah terjadi. Ini yang membuat kita gila. Membuat kita ngga bisa pake logika. Membuat kita mencari pelarian sana-sini. Membuat kita lari dari kenyataan. Atau bahkan menyerah pada hidup. Ngga jarang orang bunuh diri sekedar (gw akan mengatakan sekedar karena kenyataannya, banyak orang yang bisa jump back up setelah jauh terpuruk) karena menyesal atas sesuatu.

Penyesalan juga ngga jarang membuat kita menyangkal masa lalu kita sendiri. Penyesalan membuat kita ngga bisa menciptakan masa depan karena masa kini kita masih menempel pada masa lalu. Penyesalan ngga jarang membuat kita berandai tanpa usaha. Memang, masa lalu terkadang begitu nikmatnya sehingga kita sulit melepasnya. Atau begitu kusamnya sehingga kita menganaktirikannya. Dan itu semua membuat kita hanya bergerak pada masa depan palsu dan semu.

Gw sendiri pernah merasakan penyesalan seubun-ubun. Sedih minta ampun. Mulut berbusa kaya nelen aer sabun. Gw menghabiskan 6 bulan menyesali VYG. Hampir segala aspek gw sesali, mulai dari kenapa putus, kenapa takdir gw gini, kenapa takdir dia gitu, kenapa posisi kita di sini, kenapa dulu bisa jadian, bahkan sampe kenapa dulu mesti temenan. Dan gw menghabiskan 6 bulan lagi buat recovery, buat ngatur ulang orientasi dan tujuan gw, buat ngerubah konstelasi prioritas gw dan justru menyesali 6 bulan gw yang terbuang sebelumnya.

Gw bukan ujub. Gw ngga menceritakan semua ini dengan bangga. Ini bukan perstasi. Gw juga ngga ingin dikasihani. Karna kenyataannya, dunia ini adalah sebuah rimba, yang kuat yang menang dan yang lemah yang kalah. Setinggi apapun peradaban, rimba ini ngga akan pernah berubah. (kecuali orang -orang udah mewarisi semua sifat rosul, atau paling ngga sahabatnya.) Gw Cuma perlu memahami kalo penyesalan gw ngga akan menyelesaikan masalah dan ngga akan membuat hidup gw lebih baik. Yang gw perlukan adalah memahami dimana letak-letak kesalahan gw dan menjadikan yang udah terjadi sebagai pelajaran.

Yang perlu dilakukan oleh semua orang adalah memahami dimana letak-letak kesalahan kita dan menjadikan yang udah terjadi sebagai pelajaran. Mencari tau di mana posisi kita, ke mana kita tadinya akan beranjak, dan kemana kita akan beranjak setelah ini. Yang perlu dilakukan adalah menginventarisasi setiap sikap dan sifat kita yang salah dan membuat sebuah black list untuk itu semua. Yang perlu dilakukan adalah bangkit dari keterpurukan dan mulai melakukan sesuatu yang dapat memperbaiki situasi. Yang perlu kita lakukan adalah mengakui kenyataan dan mengikhlaskan masa lalu. But don’t deny it. Your past is your life. Sama seperti masa kini dan masa depan. Kalo lo dulu psk, akuilah dan kemudian lo bisa mengatakan saya sudah bertobat”. Itu lebih mulia dari berbohong. Kalo lo dulu konglomerat, relakanlah dan katakana “sekarang saya kuli dan harus banting tulang untuk nasi”. Itu lebih baik dari pada tetap sombong.

Melakukan semua itu tiga perempat mati susahnya. Serius. Cobain kalo ga percaya. Dan melakukan semua akan semakin sulit dengan kepala kita masih tersangkut pada penyesalan. Akan semakin sulit dengan emosi yang berapi-api akibat penyesalan. Dengan rasio yang tersangkut kekecewaan. Logika yang terpengaruh nafsu. Tapi bukan tidak bisa.

Ngga ada yang perlu disesalin. Yang perlu dilakukan adalah memahami di mana letak-letak kesalahan dan menjadikan yang udah terjadi sebagai pelajaran.

Minggu, 16 Januari 2011

sok english

Bahasa inggris bahasa internasional? Nggak. Bahasa inggris sekarang uda jadi bahasa gaul di kalangan anak muda. Terutama di dunia maya. Sayangnya, banyak orang yang sebenernnya belom cakap berbahasa inggris, tapi maksa, kalo kata hardrock FM mah, sok-eng.

Apa salahnya si, sok sokan pake bahasa inggris? Ngga ada sih, malah ada manfaatnya : mungkin bibir lo bisa maju 1 -2 cm yang membuat lo lebih handal dalam berciuman. :p hehehe... seriously, manfaat si ada, ya, lo makin terbiasa dengan pronunciation, vocabulary, dan siapa tau ada sesuatu yang salah tapi selama ini lo anggep bener yang bisa di koreksi orang lain. Tapi disisi lain, keliatannya konyol aja. Lo orang indonesia, bahasa indonesia aja belom tentu khatam, malah pake bahasa inggris, banyak yang salah pulak... :p menurut gw itu nunjukin kalo lo ngga kenal budaya lo sendiri malah sok sokan ngekor budaya orang. Salah pulak. Karna bahasa adalah akar budaya. Identitas sebuah bangsa atau sebuah populasi. Kalo bahasa lo ngga jelas, ya identitas lo juga ga jelas.

Gw sendiri salah satu orang yang suka nyampur-ynampur antara bahasa indonesia dan bahasa inggris. Dan gw juga sering melakukan kesalahan. Contohya gw bilang “besok kaka gw merit!!!” maksud gw sebenernnya adalah kaka gw mau nikah besok. Mestinya gw bilang married, bukan merit. Merit mah artinya jasa ato pahala ato kalo dijadiin verb ya artinya patut ato pantas. Tapi emang dasar gw pemales, apa yang kesebut di mulut ya itu yang gw tulis. Dan menurut gw ini juga konyol banget.

Gw akhirnya browsing mengenai fenomena ini, dan ternyata banyak banget loh kesalahan yang sering banget terjadi. Nih:
Ini gw ambil dari http://revinaoctavianitadr.multiply.com/journal/item/309/No_heart_hurt_atau_hard_feelings_sih tribute to the author.
No heart feelings
Sungguh, meskipun salah (karena yang benar adalah no hard feelings) tapi ternyata ungkapan no heart feelingsini masih sering dijumpai terutama di dunia maya yang lebih banyak memakai bahasa tulisan.
Entah karena heart dan hard yang bunyinya hampir sama itu sehingga membuat rancu atau memang karena banyak yang meniru dari yang keliru sehingga akhirnya terjadi kesalahan massal yang justru dianggap benar.
Contoh penggunaan idiom no hard feelings yang benar:
I hope you don't have any hard feelings.
No, I have no hard feelings.
Friendship
Jangan kaget, sekitar satu tahun yang lalu saya masih ketemu dengan orang yang berkomentar, "Wah, dia emang friendship banget! Enak buat diajak temenan."
Er, maksudnya mungkin friendly ya, mas?
Massage
Ada yang menulis di email, "Kamu udah baca massage-ku belom?"
Langsung mikir, 'Sejak kapan pijet bisa dibaca, ya?'
Desert
Di sebuah etalase cafe yang enggak terlalu terkenal, terpampang leaflet berukuran medium dengan tulisan, "Menudesert hari ini: cheese cake dan tiramisu".
Ngebayangin gurun pasir yang menyediakan menu dessert: cheese cake dan tiramisu.
Joint
Sempet baca update-an status seorang temen di FB, "Lagi ngider di PS. Siapa mau joint?"
Mbak, kayaknya kata yang bener dipakai dalam kalimat tersebut adalah join, deh.
Lagian kenapa enggak ditulis 'gabung' aja sekalian, siy? Lebih aman, loooh ...
Dan lebih parah lagi, dalam bahasa slang, joint itu artinya hang-down yang artinya adalah alat kejantanan pria. Jadi kebayang ngga kalo ada cewe yang nanya sama lo “siapa yang mau joint”? sumpah, gw mah bakal jauh dari tu orang!!

Satu lagi kesalahan yang kayanya udah umum banget. malah kayanya kesalahan ini udah dimaklumin, bahkan beberapa orang pernah ngotot sama gw kalo inilah yang benar. Kesalahan itu adalah kesalah nyebut url. Contoh www.itb.ac.id Hampir semua orang nyebutnya we we we dot i te be dot a ce dot ay di atau we we we dot i te be dot ey si dot ay di. Ayolah bung, dot itu bahasa inggris dan we itu ngga pernah ada dalam kamus bahasa inggris. Apa susahnya si nyebut triple dobel u dot i te be dot ey si dot ay di? Atau kalo mau ya we we we titik i t e be titik a ce titik i de. Dan saya mohon pahami ini, ITB adalah sebuah nama dan singkatan dari Institut Teknologi Bandung. Jadi ngga perlu di sebut dalam bahasa inggris jadi ay ti bi. Bukannya arogan, tapi gw si sebagai ican ga mau di panggil ay ken. Apalagi institut terbesar ini. Dan menurut gw, mestinya ini juga berlaku untuk UI, ITS, UGM, dan lain-lain. Toh sekalian nunjukin ke dunia luar kalo Indonesia punya bahasa lho, dan huruf i dibaca i, huruf t dibaca te hurub be dibaca be. Kalo mau bikin akronim internasional, ya nama resminya di translate dulu. Contoh institiut teknologi bandung --> bandung institute of technology --> BIT.

Tapi sebenernya wajar banget kalo orang indonesia membuat eror dalam penggunaan bahasa inggris. Toh orang inggris ato amerika sendiri sering bikin eror. Malah ada website yang bikin listnya : http://www.wsu.edu/~brians/errors/errors.html disini juga http://writingenglish.wordpress.com/2006/09/18/ten-common-writing-mistakes-your-spell-checker-won’t-find/ atau disini http://www.copyblogger.com/5-common-mistakes-that-make-you-look-dumb/

jomblo

Baru abis nonton jomblo. Lokasinya di ITB. Ngga tau perasaan gw doang atau emang bener, tapi ITB yang gw alami kok ngga kaya ITB yang ada di jomblo ya? ITB yang di jomblo asri banget, hijau. Terlihat sangat sejuk. Bersih. Kondusif banget buat belajar. ITB yang gw alami kaku, tertuama labtek VII. Minim pohon. Panas. Kotor. Terutama toilet. ITB yang gw alamin kok ngga sebagus yang di film ya...

Anyway, di film ini salah satu tokohnya ngomong gini “kalo saya terus mencari yang terbaik, suatu saat saya juga bakal ninggalin kamu. Saya harus punya komitmen. Sesulit apapun itu.” Pas denger dialog ini, gw jadi inget sama kisah cinta gw. Sejauh ini, gw selalu mencoba untuk berkomitmen. Dengan semuanya. Gw emang bukan orang yang nganggep sebuah hubungan itu main-main. Kalo gw sampe jadian, berarti gw udah beneran niat ma tu cewe dan emang udah serius banget. kalo ngga, gw ngga akan jadian. Menurut gw jadian itu salah satu bentuk komitmen, dan kalo setelah berkomitmen lo masih memaklumi pembatalah komitmen itu, ya konyol. Dari SMA gw kaya gini. Tapi tetep aja ngga ada yang sukses. Gw sempet cerita sama temen gw yang baru gw kenal (iya gw tau ini konyol, tapi dia rela-rela aja tu denger cerita gw, gw emang dasarnya charming kali ya) dan dia bilang dia juga sama kaya gw. Malah dia pernah pacaran 12 tahun, bertahan sana sini, berkorban sana sini, berubah sana sini, tapi pada akhirnya tetep putus. (wheks! Untung gw ga pernah selama itu)

Tapi sampe sekarang gw tetep keukeuh sama keyakinan gw kalo komitmen itu nomer 1. Makanya gw sampe sekarang belom jadian lagi. Karna gw ngga mau jadian setaun dua taun terus udahan. Gw pengen kalo jadian ya berarti gw sampa pasangan gw mesti siap merit. Tinggal ngumpulin modal sama mapanin idup doang. Om tante gw suka nanya, bahkan nyokap gw pernah ikutan nanya “bang, kamu kok belom punya pacar lagi si? Emang kamu masi patah hati sama V? apa sama PPY? Kalo sama HM mah ngga mungkin kan? Yakinlah, kamu lagi khilaf aja dulu..” (-__-“) gw bener-bener ga bisa komentar soal bagian yang terakhir. Keliwatan emang itu orang-orang, emang gw dulu segitu sedihnya sampe bisa khilaf? Padahal diantara tiga itu, HM yang paling oke.

Tapi jawaban gw buat pertanyaan bagian awal adalah “bagemane mo jadian, gw disini dititipin tuyul segede dublag yang kemauannya ga bisa ditebak dan kelakuannya fluktuatif. Mana bisa jadian kalo bentar-bentar mesti ngurusin ini nya marda, tiba-tiba mesti ngurusin itu nya marda. Besok marda mesti gini lusa dia mesti gitu.” Gw ngga nyesel si dengan keadaan ini. Marda emang ade gw. Dan dia emang beda dari yang lain. Dia punya kekurangan dan kelebihan dia sendiri yang membuat dia emang butuh dijaga dan dibantu. Apalagi gw abangnya satu-satunya dan bokap gw udah memasuki paruh abad kedua dalam umurnya. Siapa lagi yang njagain ade gw?

Gw bukan orang naif yang menganggap suatu saat jodoh gw akan datang dengan sendirinya. Seperti halnya rejeki, jodoh juga harus dikejar. Tapi dengan cara yang benar dan waktu yang tepat. Temen gw pernah bilang kalo waktu yang tepat adalah selama kuliah. Karena gw masih berstatus mahasiswa ITB. Bayangin, ITB, institut terbesar di indonesia. Masa depan gemilang. Calon sukses. Bukti kalo otak gw adaan. Dan gw orang yang gigih. Nilai jual banget kan? Bayangin kalo udah lulus, gaji pas-pasan, kredit dimana-mana, badan ga keurus, muka lusuh ( na’uzubillah), apa yang mau dijual ke cewe-cewe? Tapi kenyataannya emang gitu. Lulusan ITB belum tentu lebih hebat dari univ lain. Dan kehidupan setelah lulus pun belum tentu lebih mapan. Harga gw bakal jauh lebih turun dibanding pas status gw adalah mahasiswa ITB.

Tapi gw memandang semuanya realistis. Kalo sebagai mahasiswa ITB gw berhak mendapat mahasiswi unpad, maka setelah gw lulus, gw juga akan mencari yang levelnya sama ma gw. Kalo setelah lulus ternyata gaji gw kecil (na’uzibillah) yang itulah yang akan gw tawarkan pada target gw. Gw percaya kalo dunia itu harus seimbang. Pernah liat, cewe super cakep ToGe PaSar montok sana sini tajir mampus boker duit jalan ma cowo yang bakal lo kasih recehan kalo lo liat di pinggir jalan? Pernah liat wanita karir sukses terkenal disegani merit ma pria culun cungkring kurang gizi? Itu adalah bukti kalo dunia ini harus seimbang. Harus. Tapi fakta kalo titi kamal merit sama christian sugiono atau brad pitt merit sama angelina jolie juga ga bisa ditampik si.

Argumen gw emang sama sekali ngga konsisten. Gw Cuma mau nunjukin kalo jodoh ga bisa ditebak. Dan apapun gw setelah gw lulus atau pada saat gw mencari jodoh nanti, itulah gw. Dan sesuai dengan komitmen yang gw bilang diatas, gw akan berusaha buat jadi yang terbaik buat cewe gw nanti dengan catatan cewe gw pun harus berusaha menjadi yang terbaik buat gw. Gw ngga mau cewe gw jalan ma gw Cuma karna status mahasiswa ITB. Cuma karna isi dompet gw. Cuma karna tampang gw. Cuma karna isi celana dalem gw, walau gw akui yang satu ini cukup krusial. :D Gw pengen cewe gw jalan sama gw ya karna gw, regardless attribut yang menempel pada gw.

Gw si ngga pernah peduli cewe nanti toge pasar ato kurus kering, tajir mampus ato susah makan, wanita karir ato pengangguran, cantik manis apa demek-demek. Bukannya sombong. Doa gw si tetep yang terbaik. Siapa si yang ngga mau cewe yang te o pe. Tapi yang paling penting adalah gw dan cewe gw bisa saling jujur terbuka dan saling berusaha buat masing-masing. Masalah kekurangan mah mungkin bisa diatur. Tapi kalo dari awal udah ngga saling berusaha dan terbuka, kekurangan sekecil apapun akan tetap menjadi tembok tinggi walaupun atribut pada masing-masing gw dan cewe gw topclass lahir batin.

anak zaman

Beberapa hari yang lalu juga, gw masuk ke museum pos indonesia. Tujuannya ngga ada. Masuknya juga ngga sengaja. Gw mesti ketemu orang di buah batu jam 5 padahal itu masih jam 2 dan gw masih di martadinata. Ngga tau gimana ceritanya, belok aja ke museum pos. kaya ngga tau gimana ceritanya dulu gw bisa belok ke goethe institut. “Tapi lumayan lah. Ngabisin 2 jam disini, abis itu cabut ke buah batu” pikir gw waktu itu. Museum pos itu ada di basement gedung kantor postel jalan cilaki. Begitu masuk, suasanyanya kaya lagi nonton film susana. Mencekam! Tapi lo ngga bakal takut karna, well, susana, gw ngga pernah berenti ketawa ngeliat mukanya. Dan suasananya tua banget. (apa yang lo harepin si can, ini museum gitu.. -_-“)

Dari semua exhibit yang ada di museum pos, Cuma 2 yang cukup menarik : perangko dan seragam dinas tua pak pos. gw jadi inget dulu nyokap gw pernah ngoleksi perangko terus turun ke tante2 gw dan terkahir turun ke kaka gw. Seinget gw gw sempet pipis di atas salah satu album perangko itu. (hey, jangan salahin gw, dulu gw kira pipis adalah hak prerogative pemilik *****, dan bukan salah gw kalo tu album tergeletak di bawah pohon mangga favorit gw. Kebayang ngga si gimana aroma mangga dari tu pohon dengan gw langganan pipis disitu? Yaiks...) sekarang si albumnya udah ngga tau kemana.

Setelah keluar dari museum pos, gw baru sadar kalo gw udah 4 taun di bandung. Udah njalajah sana sini. Udah nyoba mall sana sini. Udah nyoba cafe sana sini. Tapi ngga pernah ke museum. Gw bahkan ngga tau ada museum apa aja di bandung. Pas didalem museum pos, gw sempet mikir kok ni museum kaya ngga kerawat begini. Dan sekarang gw mikir, siapa juga yang mau ngerawat, kalo masyarakat bandung juga ngga pernah nongol disitu.

Tapi mungkin memang seperti inilah anak jaman. Mall dan cafe lebih populer dibanding museum atau perpustakaan. Coba tanya sama orang yang lagi jalan di trotoar, dia pasti tau ada mall apa aja di bandung. Tapi dia ngga akan tau dimana aja museum yang ada di bandung, kalopun dia tau ada museum apa aja. Gw bukan sinis. Tapi gw rasa itulah kenyataannya. Anak muda modern lebih tertarik sama blitz, the valley, skybridge, the heritage, atau the secret dari pada sama museum, perpustakaan, gedung sate, dan tempat goib lainnya. Contohnya? Ya gw sendiri. Gw apal ada FO dan distro apa aja sepanjang dago dan riau. Gw apal isinya ciwalk atau PVJ. Tapi gw ngga pernah tau dalemnya gedung sate kaya gimana. Ngga usah jauh-jauh, isinya perpus ITB aja gw ngga tau kaya gimana.

Makanya jangan heran kalo tiba-tiba FO, distro, dan cafe menjamur di bandung. Gedung mall nongol gede walaupun tujuan dan pasarnya ngga jelas, bahkan ada yang persis disebelah jalan layang. Lalu tempat-tempat yang menyimpan sejarah, yang katanya identitas sebuah bangsa mulai berdebu dan usang. Makanya, jangan heran kalo sekarang jalanan di bandung padet sama mobil, macet dimana-mana, dan komersialisasi muncul hampir ditiap pojokan. Lalu siapa yang mesti disalahin kalo udah kaya gini?

Bis Kota

Wah, udah lama banget ngga nulis disini lagi. Padahal banyak terjadi akhir-akhir ini. Dari yang seneng kaya kaka gw akhirnya melahirkan bai laki-laki yang sehat, yang ajaib kaya takadut sekarang udah berhasil merangkai sebuah kalimat penuh (sayang aja, kalimat pertama yang dia rangkai adalah lagu band wali -__-“) yang mencekam kaya mobil gw diseruduk avanza mabok di jalan tol (ngga mabok si, gw nya aja yang masih kesel) yang benar-benar menyedihkan kaya kucing piaraan gw mangkat (yah, percaya ngga percaya, gw punya kucing piaraan. Dan dari dia gw tau kalo di komplek ini, populasi kucing lebih sehat daripada populasi manusia)

Anyway, daripada ngalorngidul ngga jelas, gw pengen cerita soal sesuatu yang udah lama gw lupain : bersikap rama pada orang lain. Dulu, pas masih ngekos dan belom mengenal pather, gw selalu bepergian dengan angkot. Dan setelah mencoba bepergian dengan panther, ada perbedaan yang sangat dramatis : interaksi sosial. Walaupun gw tetep sering ngobrol ma panty – panggilannya panther gw – di tengah macet, di parkiran, maupun saat gw lagi butuh curhat soal cewe (panty memang pendamping setia hidup gw) gw tetep merasa tidak sedang melakukan interaksi sosial apapun. Semingga terakhir ini, karena panty digasruk orang dan terpaksa masuk bengkel, gw yang harus tetap menjalankan aktifitas mau ngga mau mesti pake bis dan angkot lagi. Unkinya, gw justru merasa menemukan diri gw yang dulu, yang selama ini ilang dan sempet gw cari-cari. Gw jadi sadar kalo udah lama gw ngga senyum sama orang random yang ngga kenal. Udah lama banget gw ngga ngobrol sama orang-orang yang ngga pernah bisa diduga. Udah lama banget gw ngga bantuin ibu-ibu yang tanganya penuh sama peralatan bayi.

Beberapa hari terakhir ini, gw mesti jalan jauh ke terminal bis. Mesti ketemu sama anak-anak penjual jagung rebus. Ketemu sama pemain kecapi khas bandung. Ketemu sama tukang sampu kota. Ketemu sama kakek-kakek bertongkat. Ketemu sama penjual minuman yang lagi puasa. Ketemu penjaga musola yang belom makan siang. Tiap kali gw ngobrol sama mereka, gw selalu ngelus dada. Bukan, tapi mereka yang pasti bakal ngelus dada kalo mereka denger cerita gw. Hidup mereka semua keras. Kasar. Tapi mereka semua bertahan. Kerja. Usaha. Bayangin, anak sd kelas 5 keliling alun-alun jualan jagung bakar di bakul. Terkahir kali ada jagung diruma gw, ngga ada yang nyemtuh sampe akhirnya busuk. Bayangin, kakek-kakek yang jalan aja pake tongkat masi ngotot ngurusin toko karna ngga mau bergantung sama anak-anaknya. Gw malah tiap bulan jadi pengemis ma bokap. Bayangin, emang-emang jualan mijon (iyah, dia ngga jualan mizone, tapi jualan mijon) di tengah hari bolong, terik, tapi keukeuh kuat puasa. Gw bangun malem aja susah amit-amit.

Gw jadi bertanya, dua puluh taun gw idup, gw udah ngapain aja? Nangkep kecebong di empang? Neriakin maling ke hansip? Udah dua puluh taun gw idup, gw mau ngapain si? Jadi gremo perawan? Jualan kecebong? Makelar kambing? Apa tukang jagal? Pertanyaan in sebenernya klise. Tapi buat gw dua pertanyaan ini penting banget dan ngga bisa Cuma ditanyain sekali. Pertanyaan ini mesti muncul tiap hari. Tiap kali gw merasa nyaman. Tiap kali gw merasa lengah. Pertanyaan ini harus selalu timbul. Dan ini lah yang ngga pernah panty tanyakan sama gw selama kami bersama. Dia terlalu penurut. Gw rasa kalo dia manusia dan dia cewe, dia ngga akan keberatan gw suruh joget striptease di gudang tetangga saking nurutnya. Berbeda jika gw naik bis kota, angkot, kereta, jalan nyusurin gang-gang sempit dengan anak kecil telanjang joget2 di dalem baskom berisi aer kali. Pertanyaan tadi selalu muncul. Dan gw selalu berpikir keras untuk menjawab. Jawaban gw emang ngga pernah sama si. Selalu ada ide-ide baru yang gw ngga tau nongol dari mana. Tapi gw jadi selalu ingin melakukan lebih tiap kali gw akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi. Gw emang lemah. Gw emang ngga kuat iman dan motivasi. Ini penyakit lama. Dan itulah sebabnya gw butuh suasana yang selalu mendukung jawaban-jawaban gw. Gw rasa mulai sekarang gw akan lebih sering naik bis kota. Just like old time.