Ngga ada yang perlu disesalin. Seburuk apapun itu, ngga ada yang perlu disesalin. Setelah apa yang gw alami dalam hidup gw, gw berani mengatakan ini. Emang, gw masih ijo, gw baru menjalani sepertiga dari umur hidup normal orang indoesia. Dan ini sekedar opini – jika bukan nilai dan pelajaran – yang gw yakini.
Kita, manusia, emang selalu bikin kesalahan dalam hidup. Dan masa lalu juga ngga pernah bisa ditampik. Gimanapun juga, masa lalu dan kesalahan adalah bagian dari hidup kita. Kalo kita menganggap hidup kita berarti, maka masa lalu, sekelam apapun itu, juga merupakan sebuah bagian yang berarti. Sepait apapun, itulah bagian dari buku harian kita.
Penyesalan sendiri juga ngga akan pernah bisa dihindarin. Ngga ada orang yang ngga nyesel waktu dia sadar dia telah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Ngga ada orang yang ngga nyesel waktu dia sadar dia telah mengecewakan dalam hidupnya. Kecuali orang yang bener-bener bebel dan hatinya udah ngebatu sebelum dikutuk. Malin kundang aja sempet nyesel sebelum jadi batu. Udah jadi batu aja masih sujud. (iyalah, kalo udah jadi batu masi begerak-gerak mah warga setempat bakal pada patungan manggil dukun) The point is, penyesalan bakal tetep ada dan itu emang nature dari manusia. Dan sebuah fakta, kalo penyesalan selalu datang diakhir dan terlambat. Dua hal ini ngga akan pernah dirubah. Ngga akan.
Sebenernya ngga ada yang salah dengan penyesalan. Indeed, penyesalan biasanya memotivasi kita untuk bisa lebih baik lagi di masa depan atau paling ngga itu bisa menjadi sebuah indikator kalo kita sadar sama kesalahan atau situasi dalam hidup kita. Penyesalan kita juga bisa jadi pelajaran buat orang lain biar ngga ngelakuin apapun itu yang kita sesali. Walau in some cases, bisa juga jadi pelajaran buat orang lain justru melakukan si “apapun itu”. Let’s say seorang cowo A yang menyesal karna kawin sama lesbian B, bisa mengajari lesbian C untuk mulai pdkt sama si B. Atau kisah si cewek D yang diperkosa setelah dihipnotis sama E, bisa mengisnpirasi F yang udah kebelet ejakulasi buat belajar hipnotis untuk memenuhi kebutuhannya. Seperti E.
Yang jadi masalah adalah : seringkali kita menjadi irasional, ngga sehat, terhanyut, dan melemah dalam penyesalan. Ini terbukti. Bahkan tokoh besar pun seperti ini. Contoh: colin brandy – mantan defender Blackburn, wyatt earp – koboi legendaris, huo yuenjia – pahlawan cina.
Penyesalan normalnya membuat kita kesal dengan apa yang terjadi, tapi kita ngga bisa berbuat apa-apa lagi, karna semuanya emang udah terjadi. Ini yang membuat kita gila. Membuat kita ngga bisa pake logika. Membuat kita mencari pelarian sana-sini. Membuat kita lari dari kenyataan. Atau bahkan menyerah pada hidup. Ngga jarang orang bunuh diri sekedar (gw akan mengatakan sekedar karena kenyataannya, banyak orang yang bisa jump back up setelah jauh terpuruk) karena menyesal atas sesuatu.
Penyesalan juga ngga jarang membuat kita menyangkal masa lalu kita sendiri. Penyesalan membuat kita ngga bisa menciptakan masa depan karena masa kini kita masih menempel pada masa lalu. Penyesalan ngga jarang membuat kita berandai tanpa usaha. Memang, masa lalu terkadang begitu nikmatnya sehingga kita sulit melepasnya. Atau begitu kusamnya sehingga kita menganaktirikannya. Dan itu semua membuat kita hanya bergerak pada masa depan palsu dan semu.
Gw sendiri pernah merasakan penyesalan seubun-ubun. Sedih minta ampun. Mulut berbusa kaya nelen aer sabun. Gw menghabiskan 6 bulan menyesali VYG. Hampir segala aspek gw sesali, mulai dari kenapa putus, kenapa takdir gw gini, kenapa takdir dia gitu, kenapa posisi kita di sini, kenapa dulu bisa jadian, bahkan sampe kenapa dulu mesti temenan. Dan gw menghabiskan 6 bulan lagi buat recovery, buat ngatur ulang orientasi dan tujuan gw, buat ngerubah konstelasi prioritas gw dan justru menyesali 6 bulan gw yang terbuang sebelumnya.
Gw bukan ujub. Gw ngga menceritakan semua ini dengan bangga. Ini bukan perstasi. Gw juga ngga ingin dikasihani. Karna kenyataannya, dunia ini adalah sebuah rimba, yang kuat yang menang dan yang lemah yang kalah. Setinggi apapun peradaban, rimba ini ngga akan pernah berubah. (kecuali orang -orang udah mewarisi semua sifat rosul, atau paling ngga sahabatnya.) Gw Cuma perlu memahami kalo penyesalan gw ngga akan menyelesaikan masalah dan ngga akan membuat hidup gw lebih baik. Yang gw perlukan adalah memahami dimana letak-letak kesalahan gw dan menjadikan yang udah terjadi sebagai pelajaran.
Yang perlu dilakukan oleh semua orang adalah memahami dimana letak-letak kesalahan kita dan menjadikan yang udah terjadi sebagai pelajaran. Mencari tau di mana posisi kita, ke mana kita tadinya akan beranjak, dan kemana kita akan beranjak setelah ini. Yang perlu dilakukan adalah menginventarisasi setiap sikap dan sifat kita yang salah dan membuat sebuah black list untuk itu semua. Yang perlu dilakukan adalah bangkit dari keterpurukan dan mulai melakukan sesuatu yang dapat memperbaiki situasi. Yang perlu kita lakukan adalah mengakui kenyataan dan mengikhlaskan masa lalu. But don’t deny it. Your past is your life. Sama seperti masa kini dan masa depan. Kalo lo dulu psk, akuilah dan kemudian lo bisa mengatakan “saya sudah bertobat”. Itu lebih mulia dari berbohong. Kalo lo dulu konglomerat, relakanlah dan katakana “sekarang saya kuli dan harus banting tulang untuk nasi”. Itu lebih baik dari pada tetap sombong.
Melakukan semua itu tiga perempat mati susahnya. Serius. Cobain kalo ga percaya. Dan melakukan semua akan semakin sulit dengan kepala kita masih tersangkut pada penyesalan. Akan semakin sulit dengan emosi yang berapi-api akibat penyesalan. Dengan rasio yang tersangkut kekecewaan. Logika yang terpengaruh nafsu. Tapi bukan tidak bisa.
Ngga ada yang perlu disesalin. Yang perlu dilakukan adalah memahami di mana letak-letak kesalahan dan menjadikan yang udah terjadi sebagai pelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar